Selasa, 03 Mei 2011

Tingginya angka buta aksara Al-Qur’an, rendahnya keinginan memiliki al-Qur’an terjemah, apalagi buku-buku tafsir, membaca tanpa memahami, menghafal miskin penghayatan, menjadikan ayat sebagi jimat, memandang Al-Qurán hanya sebagai bacaan biasa, tadarus sekedar untuk khatam/tamat dan mendapatkan pahala adalah pemandangan umum masyarakat Indonesia. Hal itu semakin diperparah lagi oleh perilaku agamawannya yang tidak sungguh-sungguh dalam mendakwahkan Al Qurán. Atas dasar itulah, Bachtiar Nasir, Lc mendirikan Ar Rahman Quranic Learning (AQL) Center Jakarta. Di antara programnya adalah Gerakan Nasional Tadabbur Qur’an (GNTQ), baik segmen umum maupun remaja. Berikut ini petikan penjelasan pria alumnus Ponpes Gontor ini tentang pentingnya tadabbur Al Quran saat menghadiri Milad ke-24 YDSF Maret 2011 lalu:
Mengapa kita harus tadabbur Al Quran?
Saya menemukan data sekitar 12 % saja dari umat Islam yang punya Al Quran terjemahan. Enam bulan lalu di sebuah kotamadya yang tergolong relijius juga menunjukkan data yang tidak jauh beda. Saya baru mengetahuinya ketika ada MTQ Nasional diadakan di sana saat itu.
Inilah yang dikuatirkan Rasulullah Muhammd saw. bahwa umatnya tidak mengacuhkan atau tidak mempedulikan Al Quran. Allah mengabarkan dalam surat , “Berkatalah Rasul, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan Al Quran itu sesuatu yang diabaikan.’”
Diabaikan dalam terjemahan ayat di atas berbunyi mahjuro. Makna dari tidak mempedulikan Al Quran (hajrul quran) antara lain tidak sungguh-sungguh membaca dan mendalami (tadabbur) Al Quran. Kebanyakan kita ketika berinteraksi atau bergaul dengan Al Quran ada empat pola:
- Dibaca kalau sempat
- Dipelajari (tadabbur) kalau lagi mood
- Dihayati kalau kena musibah
- Diamalkan kalau menguntungkan

Bagaimana cara tadabur Al Quran?
Cara tadabbur Al Quran telah diajarkan Rasulullah saw. sebagaimana termaktub dalam doa beliau sesudah membaca Al Quran. Doanya berbunyi Allohummarhamni bil qur-an waj’alhu li imaman wa nuron wa hudan wa rohmah. Allohumma dzakkirni minhu ma nasitu wa ‘allimni minhu ma jahiltu warzuqni tilawatahu ana-al-laili wa ana-an nahar waj’alhu li hujjatan ya rabbal ‘alamina
‘Ya Allah, curahkanlah rahmat kepadaku dengan Al Quran, jadikanlah ia bagiku imam (pemimpin), cahaya, petunjuk, & rahmat. Ya Allah, ingatkanlah apa yang telah aku lupa dan ajarkan kepadaku apa yang tidak aku ketahui darinya, anugerahkanlah padaku kesempatan membacanya pada tengah malam dan siang, jadikanlah ia hujjah (argumentasi) yang kuat bagiku, wahai Tuhan seru sekalian alam.’

Maka tadabbur Al Quran yang afdol itu di tengah siang saat pikiran sedang kuat. Dan di tengah malam ketika suasana hening dan pikiran sedang tenang. Tengah siang dan tengah malam itu ibarat tayangan tv ibarat prime time (sambil tersenyum). Jadi jangan mentadabburi Al Quran dalam waktu sisa dan tenaga sisa.
Curhatlah dengan Allah melalui Al Quran. Ikuti adab-adab membaca Al Quran. Kalu ingin sungguh-sungguh blajar Al Quran, cari guru yang barakatul ustdaz (guru cari barakah) bukan cari uang. Cari guru yang berkah, bukan komersil. Tapi kalau ingin menghormati mereka, hargailah yang terbaik.
Ada infomasi menarik dari seorang peneliti LIPI. Ternyata, jika ingin memahami ruang angkasa secara tepat, NASA (badan antariksa AS) selalu mencari informasi dari Al Quran. Ada sejumlah keterangan ilmiah dalam Al Quran yang baru terbukti saat ini. Misalnya penggunaan kata istawa dan mi’raj (dalam isra mi’raj). Setelah menceritakan proses penciptaan alam semesta, Allah swt. naik (istawa) ke langit lalu bersemayam di Arsy yang Agung. Sedang bagi Rasululah saw, Al Quran menggunakan kata mi’raj untuk menuju langit hingga ke Sidratul Muntaha. Kalau istawa bermakna naik secara tegak lurus vertikal ke atas. Sedang mi’raj berarti naik secara diagonal, tidak vertikal tegak.
Berdasar penelitian dan kemudian digunakan dalam peluncuran pesawat ulang alik kedua teknik terbang ini punya ciri tertentu. Ternyata gaya vertikal dianggap terlalu berat karena gaya gravitasi bumi dan akan menimbulkan bergesekan dengan atmosfer yang berakibat fatal bagi pesawat. Karena itu, setelah ketinggian tertentu pesawat harus miring dengan jarak tertentu melewati secara bertingkat di beberapa jalur lapisan atmosfer hingga masuk ruang hampa di orbit bumi. Jalur inilah yang paling minimal gesekannya yang oleh ilmuwan disebut Milky Way.
Selain itu, pakar pendidikan saat ini mengajurkan untuk melatih anak-anak kita dengan dua keterampilan dasar sebelum keterampilan yang lain: speed reading (membaca cepat) dan brain mapping (pemetaan/analisis). Dua skill ini dasar dari pengembangan kecerdasan tahap lanjut. Nyatanya, dua skill ini bisa dilatih dari menghafal Al Quran. Speed reading dilatih dari membacanya, sedang brain mapping dilatih dari memetakan ayat dan halaman (lembaran) Al Quran ketika membaca hafalan.
Para pakar menemukan bahwa sel-sel otak kita seperti diaktifkan kembali ketika kita membaca Al Quran secara hafalan. Ibarat memory computer, sel-sel otak kita kembali aktif dan akan semakin bertambah memory-nya sehingga menambah performa otak.
Di sebagian masyarakat ada yang beragumen cukup membaca surat Al Ikhlas tiga kali sudah mencukupi kerena adanya dalil bahwa surat Al Ikhlash ibarat sepertiga Al Quran. Bagaimana pendapat Anda?
Kita harus bijaksana dan sabar jika bergaul dengan masyarakat seperti ini. Yang perlu kita lakukan adalah seperti firman Allah dalam surat Al A’raf 58. Artinya, “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”
Hati dan pikiran manusia ibarat tanah. Agar tanah itu subur maka kita harus menyiram, mencangkul, dan memberi pupuk. Upaya-upaya ini perumpamaan bagi kita untuk mengajak mereka mengaji lagi, berdiskusi, tukar pikiran, dan pupuknya adalah doa. Karena kalau ingin mendapatkan mutiara, kita harus selami kedalaman Al Quran. Semakin ke dalam, akan semakin banyak mutiara dengan berbagai ragamnya. Kalau cuma berdiri di tepi laut, mana bisa dapat mutiara.
Beberapa orang mengakui semakin mereka mempelajari Al Quran, minimal terjemahannya, insya Allah makin banyak hikmah yang terkandung. Kita tak akan pernah puas jika terus mentadabburi Al Quran. Tadabbur Al Quran itu memperhatikan hal-hal di balik kata. Memperhatikan ayat-ayat dengan mata lahir dan mata batin sekaligus, dari awal hingga akhir secara berulang-ulang hingga menemukan tujuan terjauh (tujuan diturunkannya Al Quran, Red.).
Tadabbur itu ibarat orang mencari-cari informasi. Padahal kita sekarang ini tiap hari sibuk mencari informasi. Ya baca koran, baca SMS, buka email, dll. Maka, bukalah hati dengan tadabbur Al Quran. Allah mengingatkan kita, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan (tadabbur) Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad 24)
Apa saja mutiara Al Quran itu?
Al Quran itu keberkahan (QS. Al An’am 92), petunjuk (QS. Al Baqarah 185), cahaya (QS. An Nisa 174), obat & rahmat (QS. Al Isra 82), dan pembeda benar salah (QS. Al Furqan 1). Jika ingin mendapatkan semua mutiara itu, ya dengan tadabbur.
Ada orang yang dianggap paham/hafal sebagian atau seluruh Al Quran tapi perilakunya tidak mencerminkan ayat yang dia hafal. Apa yang salah?
Hati manusia itu ibarat perangkat komputer. Sedang Al Quran seperti program atau software-nya. Sedangkan mentadabburi Al Quran itu seperti proses meng-install software. Al Quran itu masih data mentah. Begitu berhasil di-install, maka komputer itu akan menjalankan software itu. Jika seseorang hafal atau membaca Al Quran tapi kelakuannya tidak sesuai Al Quran, maka dia belum berhasil meng-install data mentah itu.{}

Tidak ada komentar:

Posting Komentar